, ,

Produksi Bawang Merah Solok Melimpah Inflasi Sumbar Berhasil Diredam

oleh -147 Dilihat

Laporan Solok– Di tengah kekhawatiran akan naiknya harga pangan menjelang akhir tahun, Kabupaten Solok justru menghadirkan kabar baik bagi perekonomian Sumatera Barat. Produksi bawang merah dari kawasan dataran tinggi Lembahgumanti dan sekitarnya bukan hanya mencukupi kebutuhan daerah sendiri, tapi juga berperan besar dalam menekan inflasi di provinsi ini.

Harga bawang merah yang sempat melambung kini berangsur turun seiring datangnya musim panen di sentra-sentra utama. Solok menjadi motor penggerak utama, dengan sistem pertanian yang terencana dan berkesinambungan.

Panen Tiap Hari, Harga Tetap Stabil

Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Kabupaten Solok sekaligus Champion Bawang Merah, Amri Ismail, menjelaskan bahwa keberhasilan menjaga stabilitas harga tak lepas dari sistem tanam yang diatur secara ketat melalui 46 kelompok tani Mitra Champion.

“Dulu harga bisa jatuh sampai di bawah Rp10 ribu per kilogram karena panen di Solok bersamaan dengan daerah lain seperti Jawa dan Bima. Sekarang pola tanam kita atur. Kalau mereka panen raya, kita justru kurangi tanam,” ujarnya.

Dengan sistem ini, Solok tidak mengenal panen raya dalam arti tradisional. Di satu sisi lahan sedang ditanami, di sisi lain sudah ada yang siap panen. Hasilnya, produksi dan pasokan tetap stabil sepanjang tahun, tanpa gejolak harga ekstrem.
“Sekarang kita tanam setiap hari, panen setiap hari. Petani bisa untung, konsumen juga tidak terbebani,” jelas Amri.

Surplus Hingga 200 Ribu Ton per Tahun

Data menunjukkan, luas lahan kelompok Mitra Champion mencapai sekitar 500 hektare per tahun dengan total produksi 216 ribu ton. Angka ini jauh melebihi kebutuhan bawang merah Sumatera Barat yang hanya sekitar 11 ribu ton per tahun. “Artinya kita sudah surplus sekitar 200 ribu ton per tahun. Surplus ini dikirim ke provinsi lain seperti Sumatera Utara, Riau, Jambi, bahkan sampai ke Jawa,” kata Amri.

Produksi Bawang Merah Solok Berperan Tekan Inflasi Sumbar - Padek Jawapos

Baca Juga: Demokrat Sawahlunto Teguhkan Komitmen Mengawal Pembangunan

Surplus inilah yang membuat Solok menjadi penopang pasokan bawang merah regional, sekaligus penyeimbang harga di pasar nasional.

Petani Lokal Rasakan Manfaat

Salah satu petani yang menikmati dampak positif dari sistem ini adalah Amrizal, warga Lembahgumanti yang sudah menanam bawang merah sejak 1996. Ia mengelola 10 hektare lahan pribadi dan tergabung dalam kelompok tani yang mengelola sekitar 45 hektare.
Dalam satu hektare, produksinya bisa mencapai 10 hingga 12 ton.

“Untuk tenaga kerja saja, saya mempekerjakan 12 sampai 15 orang per hari. Biaya operasionalnya sekitar Rp1,5 juta per hari,” ujarnya.
Menurutnya, biaya terbesar berasal dari pestisida dan pupuk, yang bisa digunakan hingga 18 kali penyemprotan selama masa tanam.

Harga ideal di tingkat petani menurut Amrizal berada di kisaran Rp25 ribu–Rp30 ribu per kilogram, agar mereka tetap bisa menutup biaya produksi dan menikmati keuntungan wajar.
“Kalau harga segitu, petani masih bisa menutup biaya produksi dan tetap untung,” katanya.

Indosat

No More Posts Available.

No more pages to load.