Operasi Evakuasi Rampung, 25 Korban Longsor Hiliran Gumanti Berhasil Ditemukan

Laporan Solok – Bencana longsor dahsyat yang melanda Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pada Sabtu (28/9/2024) menyisakan duka mendalam bagi warga setempat. Longsor yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi itu menimbun 25 warga yang saat itu tengah beraktivitas di sekitar permukiman dan area kebun.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa dari 25 korban yang tertimbun material, sebanyak 13 orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sementara 12 orang selamat. Rentetan proses pencarian yang melibatkan tim SAR gabungan dilakukan dengan upaya maksimal sejak hari kejadian hingga proses evakuasi dinyatakan tuntas.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa seluruh korban telah ditemukan setelah proses pencarian intensif yang berlangsung lebih dari 12 jam. “Korban terakhir, Zulmadinir (Dewa), berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat pada pukul 20.50 WIB. Dengan demikian, semua korban kini telah berhasil dievakuasi, dan proses evakuasi terakhir selesai pada Sabtu pukul 23.00 WIB,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Senin (30/9/2024).
Menurut Muhari, operasi pencarian tidak berjalan mudah. Kontur tanah yang labil, hujan susulan, serta material longsor yang tebal dan bercampur bebatuan membuat tim harus bekerja ekstra hati-hati. Meski demikian, koordinasi yang solid antara TNI, Polri, Basarnas, relawan, dan masyarakat lokal menjadi kunci kelancaran proses evakuasi.
Selain memakan korban jiwa, longsor tersebut juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan akses jalan utama. Sejumlah ruas jalan tertutup total oleh tumpukan tanah, batu, dan pepohonan tumbang. Aliran listrik di beberapa titik sempat terputus, dan jaringan komunikasi mengalami gangguan akibat kerusakan fasilitas pendukung.
Pemkab Solok telah menetapkan status tanggap darurat untuk mempercepat penanganan pascabencana. Posko darurat ditempatkan di titik yang aman dengan menyediakan kebutuhan pokok seperti makanan, selimut, layanan kesehatan, dan perlengkapan untuk para penyintas. Pemerintah daerah juga melakukan pendataan kerusakan rumah serta menyiapkan langkah relokasi bagi warga yang tinggal di zona rawan.
Hingga kini, tim teknis sedang menilai stabilitas tanah di sekitar lokasi untuk menentukan apakah wilayah tersebut masih layak huni. BMKG juga mengingatkan potensi cuaca ekstrem masih dapat terjadi dalam beberapa minggu ke depan, sehingga warga diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi longsor susulan.
Tragedi Hiliran Gumanti menjadi peringatan keras bahwa perubahan cuaca ekstrem dan kondisi geografis pegunungan membuat sejumlah wilayah di Sumatera Barat berada dalam risiko tinggi bencana hidrometeorologi. Pemerintah pusat dan daerah tengah menyiapkan langkah mitigasi jangka panjang, termasuk memperkuat sistem peringatan dini, normalisasi saluran air, dan penyuluhan bagi masyarakat mengenai tanda-tanda bahaya longsor.
Bagi keluarga korban, rampungnya proses evakuasi setidaknya memberikan kejelasan setelah menunggu dalam kecemasan. Namun duka yang ditinggalkan bencana ini tetap membekas, menjadi momentum agar penanggulangan risiko bencana di daerah rawan semakin diprioritaskan.




